Kedelai Berkualitas Lebih Berprotein Kedelai lokal lebih baik dibanding kedelai impor, kata Deputi bidang Ilmu Pengetahuan Hayati LIPI Prof Dr Endang Sukara di Cibinong Sciense Center Bogor..
"Kedelai lokal lebih baik karena umumnya kedelai yang tersedia adalah kedelai yang baru saja dipanen sehingga lebih segar, sementara kedelai impor biasanya sudah disimpan bertahun-tahun," katanya.
Dari segi bentuk dan ukuran, menurut dia, saat ini juga sudah banyak kedelai lokal yang berukuran sedang bahkan sama dengan ukuran biji kedelai impor sebesar 16-22 gram per 100 biji sesuai varietasnya.
Anggapan bahwa biji kedelai produksi Indonesia kecil-kecil dan tak disukai oleh industri tempe yang terbiasa dengan kedelai berbiji besar (impor) juga tidak benar, apa lagi ditambah alasan bahwa mutu dan gizi kedelai lokal tidak sesuai dengan industri tempe-tahu.
"Tempe dan tahu yang pada awalnya dikembangkan oleh masyarakat Jawa adalah dari kacang kedelai lokal yang berukuran kecil, tetapi dengan adanya kedelai impor yang ketersediaannya terjamin maka minat masyarakat bergeser ke kedelai impor, ditambah lagi harganya "dumping" dan terdapat keseragaman kualitas," katanya.
Ia menambahkan, kedelai yang ukurannya kecil-kecil itu sebenarnya lebih banyak mengandung protein dan rasanya lebih gurih. Apalagi, kedelai lokal merupakan kedelai asli hayati dan bukan kedelai transgenik seperti kedelai impor. Kedelai yang ditanam di negara-negara maju 80 persen adalah organisme yang telah dimodifikasi secara genetik (GMO).
"Pertanian hasil rekayasa genetik dan pangan GMO sampai saat ini masih pro-kontra, karena manusia sulit meramal masa depan. Jadi dengan kedelai lokal tak ada yang perlu dikhawatirkan," katanya Kedelai Berkualitas Lebih Berprotein.
"Kedelai lokal lebih baik karena umumnya kedelai yang tersedia adalah kedelai yang baru saja dipanen sehingga lebih segar, sementara kedelai impor biasanya sudah disimpan bertahun-tahun," katanya.
Dari segi bentuk dan ukuran, menurut dia, saat ini juga sudah banyak kedelai lokal yang berukuran sedang bahkan sama dengan ukuran biji kedelai impor sebesar 16-22 gram per 100 biji sesuai varietasnya.
Anggapan bahwa biji kedelai produksi Indonesia kecil-kecil dan tak disukai oleh industri tempe yang terbiasa dengan kedelai berbiji besar (impor) juga tidak benar, apa lagi ditambah alasan bahwa mutu dan gizi kedelai lokal tidak sesuai dengan industri tempe-tahu.
"Tempe dan tahu yang pada awalnya dikembangkan oleh masyarakat Jawa adalah dari kacang kedelai lokal yang berukuran kecil, tetapi dengan adanya kedelai impor yang ketersediaannya terjamin maka minat masyarakat bergeser ke kedelai impor, ditambah lagi harganya "dumping" dan terdapat keseragaman kualitas," katanya.
Ia menambahkan, kedelai yang ukurannya kecil-kecil itu sebenarnya lebih banyak mengandung protein dan rasanya lebih gurih. Apalagi, kedelai lokal merupakan kedelai asli hayati dan bukan kedelai transgenik seperti kedelai impor. Kedelai yang ditanam di negara-negara maju 80 persen adalah organisme yang telah dimodifikasi secara genetik (GMO).
"Pertanian hasil rekayasa genetik dan pangan GMO sampai saat ini masih pro-kontra, karena manusia sulit meramal masa depan. Jadi dengan kedelai lokal tak ada yang perlu dikhawatirkan," katanya Kedelai Berkualitas Lebih Berprotein.
Anda sedang membaca artikel tentang
Kedelai Berkualitas Lebih Berprotein
Dengan url
https://kacangajaibkedelai.blogspot.com/2012/06/kedelai-berkualitas-lebih-berprotein.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Kedelai Berkualitas Lebih Berprotein
namun jangan lupa untuk meletakkan link
Kedelai Berkualitas Lebih Berprotein
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar